12 June 2016

Orang Aneh,Absurdisme Camus

Judul : Orang Aneh
Judul Asli : L'Etranger 
Pengarang : Albert Camus
Penerjemah : Abdurrahman
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Senja Publishing
ISBN : 978-602-16830-4-0
Cetakan : 1,Oktober 2015
Ketebalan : vi + 168 Halaman
Genre : Novella,Sastra
Status : Koleksi Pribadi
Rating : 3,5/5

Adegan dibuka dengan kematian ibu dari tokoh utama,Meursault.Berita duka yang seharusnya membuat setiap orang bersedih.Tapi tidak dengan Meursault.Ia merasa biasa saja.Tak ada yang perlu ditangisi.Baginya peristiwa kematian ibunya tak ubahnya peristiwa lain yang terjadi di dunia.Ketika setiap orang bersedih,ia tetap tenang seperti tidak apapun yang terjadi.Tidak ada emosi yang ia rasakan.Di kehidupan sehari-harinya pun,ia demikian.Tidak ada tujuan yang ingin dicapai,tidak ada teman dekat,kecuali teman sambil lalu.Hunian tempatnya tinggal juga cenderung sederhana.Hingga kemudian ia bertemu dan berkawan karib dengan Raymond dan Marie.Pada awalnya Meursault hanya ingin mendengar keluh kesah Raymond,hingga kemudian Raymond mempercayainya dan berteman dengannya.
Diawali liburan di pantai bersama antara mereka bertiga,disertai adanya konflik antara Raymond dan orang Arab,terjadilah suatu peristiwa yang mengubah jalan hidup Meursault.Ia menembak seorang Arab dengan lima tembakan beruntun di tubuh.Motif pembunuhan pun sangat aneh.Hanya karena Meursault merasakan teriknya panas matahari hingga kemudian ia menarik pelatuk dan menembak orang Arab itu lima tembakan.
Sekilas sang tokoh utama dalam novella ini,tampak sinting dan aneh dalam pandangan umum.Tidak ada emosi yang ditunjukkan,tidak memiliki tujuan hidup,selalu beranggapan segala yang terjadi hanyalah kejadian biasa yang tidak signifikan dalam hidupnya.Baginya hidup hanya untuk dijalani tanpa perlu embel-embel apapun.Sebutan aneh atau asing wajar disematkan padanya.Setidaknya dalam perspektif umum.Sepertinya Camus mengritik pengertian kewarasan dalam masyarakat.Apa yang dianggap waras.apa yang dianggap gila dalam masyarakat.Bagi Camus,hal itu relatif.Bisa saja orang yang dianggap aneh atau gila tidak menganggap dirinya demikian.Meskipun orang lain mengecapnya sebagai tidak waras dan aneh,Meursault tetap tenang.Baginya apa yang ia alami dan lakukan wajar saja.Demikian pula di kehidupan kita sehari-hari.Kita sering berpikir bahwa orang lain mungkin gila atau tidak waras,padahal itu hanya masalah sudut pandang.Mungkin kita sendiri juga dipandang gila oleh orang lain,walau bagi kita mungkin apa yang kita lakukan dan pikirkan adalah wajar.
Ada nuansa Murakami yang sangat kuat dalam novella ini.Meursault mengingatkanku pada Tengo,yang hidup luntang luntung seperti tanpa tujuan dan hidup nyaris soliter dengan sedikit hubungan sosial.Sepertinya Camus dan Murakami adalah lulusan dari sekolah yang sama,dimana Camus adalah kakak kelasnya.Absurditas yang ditampilkan keduanya terasa mirip.Membaca karya mereka membuat kita mengernyitkan dahi.Saya sendiri sering berpikir,apa iya ada orang yang betah menjalani hidup seperti itu.Nuansa individualisme sangat kuat.Di sisi lain Camus dan Murakami seperti mengajak kita,para pembaca untuk menghormati jalan dan pilihan hidup orang yang sering dicap sebagai liyan oleh masyarakat.Karena pada akhirnya setiap individu menanggung akibat dari setiap keputusannya sendiri.
Kekuatan terbesar novella ini adalah kesederhanaan plot cerita dan diksi yang digunakan.Nyaris tidak ada istilah sulit dan terjemahannya pun tergolong bagus.Kesederhanaan diksi dan plot ini membuat pembaca nyaman mengikuti jalan cerita.Tidak ada kilas balik ataupun permainan plot lain.Alur cerita hanya berjalan maju dan menggunakan sudut pandang orang pertama.Gaya bahasa yang digunakan mirip seperti catatan hatian pribadi.Tetapi di balik kesederhanaan itu,Camus menyampaikan hal-hal yang rumit tentang hidup.Tentang pertanyaan mendasar manusia.Seperti,apa tujuan hidup??Apakah hidup itu sendiri??Apa arti kematian??Kompleksitas tersebut ia sampaikan dalam cara yang sangat sederhana.Seorang penulis hebat mampu menyampaikan hal yang rumit dalam suatu cara yang sederhana tanpa perlu menggunakan bahasa yang meliuk-liuk.Yang utama adalah misi dan pesan yang hendak disampaikan,dipahami pembaca.

Di sisi lain,Camus seperti berusaha menggugat tentang definisi kewarasan.Apakah kewarasan berarti mengikuti segala hal yang dilakukan masyarakat pada  umumnya?Bagaimana bila apa yang diyakini mayoritas masyarakat adalah sebuah kegilaan??Lalu,apakah salah bila kita tidak mengikuti  pandangan umum di masyarakat??Pada akhirnya setiap manusia hidup dan memahami dunia dengan perspektif masing-masing.

1 comment:

  1. Murakami satu sekolah sama Camus sumbernya dari mana ya? Jarak umur mereka sangat jauh, beda bangsa juga.

    ReplyDelete