Judul : Aksara Amananunna
Pengarang : Rio Johan
Bahasa : Indonesia
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
ISBN : 978-979-91-0704-6
Cetakan : Pertama,April 2014
Ketebalan : 240 Halaman
Genre : Kumpulan Cerpen, Sastra
Status : Koleksi Pribadi
Rating : 3/5
12 cerita,12 manusia,12 zaman.Begitulah premis awal buku ini.Melihat judulnya dan sinopsis cerita di sampul belakang,membuatku memiliki ekspektasi lebih.Apalagi sang penulis mendapat titel Tokoh Seni Tempo 2014 dalam bidang Sastra Prosa dari majalah Tempo.Dan buku ini masuk daftar 10 besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2014.Salah satu harapanku adalah kedua belas cerita tersebut mengangkat 12 tema berbeda.Tapi kelihatannya penulis sangat tertarik dengan tema seksualitas,jender,sadomasokis dan LGBT secara tersirat.Robbie Jobbie,tergolong paling vulgar dan membuat tidak nyaman sebagian orang.Termasuk saya.Gaya menulis Rio Johan memang anti mainstream,begitupun tema yang diangkat.Dalam Susanna,Susanna,penulis tampak mengkritik dikotomi jender yang umum diterima masyarakat.Susanna seolah mendobrak tatanan umum masyarakat yang dianggapnya munafik.Tapi dari cerpen ini saya menangkap kecenderungan penulis yang pro LGBT atau sejenisnya.Susanna yang terlahir perempuan tapi menganggap diri laki-laki dan berdandan serta berperilaku seperti laki-laki.Sementara Kevalier D'Orange yang entah bagaimana tidak mempermasalahkan gunjingan masyarakat tentang dirinya.Apakah laki-laki atau perempuan.Dan baginya tidak masalah negara memperlakukannya sebagai pria atau wanita.Dalam Komunitas,tema sadomasokis kembali diangkat.Sebuah komunitas sadomasokis yang melayani para tuan dan puan penggemar siksaan sebelum bercinta.Cara penulis bercerita tentang sadomasokis,sedikit membuat tidak nyaman.Semestinya penulis belajar dari Paulo Coelho dalam Sebelas Menit.Coelho berhasil menceritakan tentang sadomasokis tanpa membuat pembaca tidak nyaman.Meskipun deskripsi Coelho sangat detail,tapi tidak sevulgar dalam Robbie Jobbie.Tema homoseksualitas juga diangkat dalam Riwayat Benjamin.Selain tema seperti tersebut diatas,ada beberapa cerpen yang menurutku tidak jelas temanya.Entah temanya yang tidak jelas atau aku yang tidak bisa menangkap maksud cerita.Tidak Ada Air Untuk Mikhail dan kisah kongkalikong Hitler dan alien seperti hanya sebuah intermezzo.Entah tema apa yang hendak diangkat penulis.
Sementara cerpen tentang Mubi yang bermimpi menjadi Tuhan,bergaya sangat sastra.Ada sentuhan kuat ala cerpen Kompas.Cerpen favoritku disini adalah Pisang Tidak Tumbuh di Atas Salju.Mengisahkan tentang pencarian dan petualangan.Cerpen ini seperti mengingatkan kita bahwa kita mesti memiliki impian dan sesuatu yang ingin dicapai.Tidak ada yang mustahil selama kita berjuang keras.Hingga kadang terbuka peluang baru yang bahkan tak terpikirkan sebelumnya.Aksara Amananunna,yang dijadikan judul buku ini mengisahkan tentang Amananunna yang berjuang mewariskan bahasa ciptaannya pada anak cucunya.Kisah yang menggambarkan usaha dari orang tua yang ingin mewariskan wawasan dan pengalaman pada sang anak.Walaupun kadang keinginan tersebut tidak terwujud.Sementara Ginekopolis mengisahkan sebuah dunia dimana wanita yang berkuasa.Sementara para pria hanya menjadi kacung bawahan.Suasana futuristik dan konflik ala dunia game.Peperangan antara pria dan wanita.Konflik ala dunia game juga tersaji dalam Undang-undang Anti Bunuh Diri.Suatu masyarakat di negara R yang penduduknya gemar melakukan bunuh diri.Undang-undang anti bunuh diri dibuat untuk mengurangi angka bunuh diri malah meningkatkan minat masyarakat untuk bunuh diri.Sepertinya penulis ingin menyindir peraturan perundangan di Indonesia yang banyak tidak efektif.Banyaknya peraturan memicu banyak pelanggaran.Seperti antithesis yang saling melengkapi.
Dari sisi bahasa dan penulisan ,kumcer ini patut mendapat apresiasi tinggi.Gaya penulisan yang mengalir dan mudah diikuti.Harapanku selanjutnya adalah karya lain dari Rio Johan dengan tema lain yang lebih menarik dan mungkin tetap anti mainstream.Semoga penulis tidak termasuk penulis one hit wonder dan kemudian lenyap.Mengingat sekarang banyak penulis lokal baru yang lebih suka menulis buku asal laku macam teenlit atau romans yang kadang mengumbar adegan vulgar.Semoga Rio Johan kembali berkarya lebih baik lagi.Dan karyanya bisa jadi bacaan alternatif bagi pembaca yang tidak suka bacaan romans seperti saya.
Meskipun bagus,masih banyak catatan yang menyertai.Bagus dengan catatan,begitulah kira-kira rating buku ini.Buku ini butuh pembaca yang kritis yang bisa memberi pandangan lain.Selain sikap kritis,buku ini memerlukan kedewasaan dan keterbukaan untuk memahami tema dan ide yang diangkat penulis.Selalu perlu keterbukaan dalam menerima wawasan dan pandangan orang lain.

No comments:
Post a Comment