21 June 2015

Norwegian Wood,Balada Antara Cinta Masa Lalu dan Harapan Masa Depan

Judul : Norwegian Wood
Judul Asli : Noruwei no Mori
Pengarang : Murakami Haruki
Penerjemah : Jonjon Johana
Bahasa : Indonesia
Penerbit : KPG
ISBN : 978-979-91-0835-7
Cetakan : Kelima,Februari 2015
Ketebalan : iv + 423 Halaman
Genre : Sastra,Romans
Status : Koleksi Pribadi
Rating : 3,75/5


Ketika ia mendengar Norwegian Wood karya The Beatles,Watanabe Toru terkenang akan Naoko,gadis cinta pertamanya.yang kebetulan juga kekasih mendiang sahabat karibnya,Kizuki.Serta merta ia merasa terlempar ke masa-masa kuliah di Tokyo hampir 20 tahun silam,terhanyut dalam dunia pertemanan yang serba pelik,seks bebas,nafsu-nafsi,dan rasa hampa hingga seorang gadis badung,Midori,memasuki kehidupannya,sehingga ia harus memilih antara masa depan dan masa silam.


Cerita ini dimulai saat Watanabe sudah berusia 37 tahun dan dalam perjalanan menuju Jerman.Saat di dalam pesawat,mengalun lagu Norwegian Wood dari The Beatles yang membuat Watanabe terkenang masa lalunya 20 tahun yang lalu.Dari Awal sampai akhir cerita,kita disuguhi alur flashback.Diawali kenangan Watanabe akan Naoko kemudian sahabat karibnya yang juga kekasih Naoko,Kizuki.Segalanya begitu menyenangkan bagi mereka bertiga.Sampai kemudian Kizuki bunuh diri di usia 17 tahun.Sayangnya dalam novel tidak dijelaskan secara gamblang alasan Kizuki bunuh diri.Sejak kematian Kizuki,terjalin ikatan aneh antara Naoko dan Watanabe.Perlahan mulai tumbuh rasa cinta Watanabe kepada Naoko,walaupun Naoko tak pernah membalas cinta Watanabe.Ketika meninggalkan Kobe,kampung halamannya,Watanabe sempat berpikir tak akan bertemu Naoko lagi.Tapi kemudian mereka bertemu tanpa sengaja dalam sebuah trem.Dari situ Naoko dan Watanabe sering bertemu di akhir pekan.Walaupun pertemuan tersebut lebih sering dibingkai dalam kebisuan.Dimana masing-masing pihak tidak tahu apa yang mesti dibicarakan.Tema tentang Kizuki adalah hal sensitif bagi keduanya.Hingga kemudian setelah bercinta pada suatu malam,Naoko pulang ke kampung halamannya.Setelah sekian lama gelisah tentang Naoko,akhirnya Watanabe mendapat surat dari Naoko.Dari situ Naoko memberi kabar bahwa dia tengah menjalani pengobatan di Kyoto.Di dalam ketiadaan Naoko di sisinya,Watanabe berkenalan dengan Midori dalam pelajaran Sejarah Drama di kuliahnya.
Murakami sensei sangat pandai menggambarkan perbedaan karakter antara Naoko dan Midori.Naoko yang pemurung,pendiam dan sedikit dingin dengan Midori yang badung,blak-blakan,selalu ceria dan agak manja.Sementara karakter Watanabe sangat mengingatkanku pada karakter Tengo dari novel Murakami sensei 1Q84.Tipe pria yang merasa biasa saja,seperti tanpa tujuan hidup serta sangat menikmati kesendirian.Tapi dibanding Tengo,Watanabe lebih peragu.Ia ragu mengakui perasaan cintanya pada Midori yang kemudian ia sesali.Sesuai ciri khas Murakami sensei dengan deskripsi detailnya,disini ia juga menceritakan detail kehidupan Watanabe selama di asrama.Dari kebiasaan pengibaran bendera di asrama di pagi hari,tentang teman sekamar Watanabe yang dipanggil si Kopasgat di sepanjang cerita,serta sahabat dekat Watanabe di asrama,yaitu Nagasawa san.Selain tokoh utama di cerita,karakter Nagasawa san sangat menarik.Persahabatannya dengan Watanabe karena selera baca Watanabe yang dilihatnya sebagus dirinya.

"Karena itulah aku membacanya.Kalau kita membaca buku yang sama dengan yang dibaca orang lain,kita cuma bisa berpikir seperti orang lain.Watanabe,kamu tahu?Di asrama ini orang yang bisa dianggap manusia itu cuma aku dan kamu...(hal.45)

Percakapan tersebut adalah favoritku.Sepertinya karakter Nagasawa san sangat serupa dengan karakter Murakami sensei sendiri.Cerdas,penuh percaya diri dan agak eksentrik.
Sekali lagi kesepian,kesendirian dan terkadang kepahitan muncul sebagai tema utama khas Murakami sensei.Tapi bila dibanding 1Q84,Norwegian Wood lebih realistis,walau masih ada beberapa absurditas yang menjadi ciri khas Murakami sensei.Seperti penyebab bunuh diri Kizuki yang tidak pernah dijelaskan secara gamblang dalam cerita,dan banyaknya cerita bunuh diri lainnya dalam novel ini.Karakter Naoko dan Midori bagiku seperti perumpamaan antara masa lalu dan masa depan,dan Watanabe adalah gambaran kita yang mesti membuat pilihan antara keduanya.Merangkul masa depan atau tenggelam dalam masa lalu.Dan satu hal yang penting,jangan mengingkari perasaanmu sendiri,hanya karena tak ingin melepaskan diri dari masa lalu.Keraguan pada akhirnya akan menenggelamkan kita dalam penyesalan tak berkesudahan.
Bila ingin berkenalan dengan karya Murakami sensei,Norwegian Wood adalah awal yang baik.Karena ceritanya tidak terlalu "berat" seperti umumnya karya Murakami sensei.Ada beberapa adegan dewasa dalam buku ini,tapi Murakami sensei mengemasnya dengan apik.Adegan dewasa dalam novel ditulis secara apa adanya tanpa kiasan tapi jauh dari vulgar.Walau tentu perkara vulgar atau tidak tergantung perspektif kita masing-masing.Secara garis besar adegan dewasa dalam Norwegian Wood termasuk pas,tidak berlebihan.Judul Norwegian Wood sendiri diambil dari judul lagu The Beatles.Seperti karya Murakami sensei yang lain,selalu ada referensi lagu dan buku favorit Murakami sensei serta lagu tema yang selalu tampil sebagai latar belakang.Di 1Q84 kita mengenal Sinfonietta dari Janacek sebagai musik latar cerita.Hampir setiap tokoh dalam 1Q84 pernah bersinggungan dengan komposisi dari musisi Ceska ini.Di Norwegian Wood tentu saja lagu The Beatles yang tersebut tidak hanya sebagai judul tapi juga musik latar cerita.Naoko sangat menyukai lagu ini,sebelum bunuh diri,ia sempat meminta Reiko san memutar lagu Norwegian Wood.Pertemuan Midori dan Watanabe di sebuah kafe juga diiringi lagu Norwegian Wood.Ini membuatku penasaran pada lagu ini.Suatu saat aku ingin mendengar lagu ini dan memahami liriknya.Apakah lirik lagunya memiliki kesamaan dengan cerita novel ini.
Kesendirian,keterasingan,ketidakmampuan diri untuk bangkit dan menatap masa depan.Itulah hal filosofis yang sangat kentara dalam novel ini.Ketidakmampuan melepaskan diri dari masa lalu,telah membawa Naoko dalam keputusasaan.Ketidakmampuan untuk menatap masa depan telah membuat Watanabe menyesali sebagian hidupnya.Dan satu hal lagi,kematian tidaklah terpisah dari kehidupan,ia adalah bagian dari kehidupan itu sendiri.

Ketika Kizuki mati aku mempelajari sesuatu dari kematian itu.Dan aku memahaminya sebagai suatu teori.Atau mungkin aku hanya merasa memahaminya.Beginilah teorinya,'Kematian bukanlah lawan kehidupan.tetapi ada sebagai bagiannya.'
Dan itu adalah suatu kebenaran.Kehidupan kita ini secara bersamaan menumbuhkan kematian.Tetapi itu hanya sebagian kebenaran yang harus kita pelajari.Kematian Naoko mengajarkan aku seperti ini.Kebenaran seperti apapun,tidak mungkin bisa menyembuhkan kepedihan seseorang yang ditinggal mati kekasihnya.(hal 397)

Bila anda tipe pembaca yang menginginkan ending yang jelas,maka buku ini tidak masuk rekomendasi.Akhir dalam novel ini sangat menggantung dan meninggalkan terlalu banyak pertanyaan.Tapi mungkin sang penulis ingin agar imajinasi kita sendiri yang memutuskan akhir dari cerita ini.